CONTOH CERPEN REMAJA
Hidup tak semanis permen lollypop, tak seenak cupcake. Banyak anak muda bilang katanya cokelat itu lezat dan manis. Anak-anak muda banyak yang menyukai cokelat, tapi hidup itu tidak seenak rasa cokelat. Banyak bawah umur muda yang salah mengartikan makna hidup. Kita tak pernah tahu menyerupai apa kehidupan kita nanti.
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri perihal jalan hidup yang berliku ini. Terkadang, saya tak bisa memahami semua yang Allah berikan padaku. Entah ini sebagai ujian, tantangan, atau eksekusi buatku. Aku selalu berusaha memahami setiap hal yang saya alami meskipun dengan cara yang cukup unik dan sederhana.
Teman dekatku yang selalu setia menampung segala keluh kesahku. Bahkan, beliau tidak segan-segan memberiku banyak masukan. Dia yaitu sahabat alumniku waktu saya kuliah. Namanya Tino. Cowo yang dulu pernah saya jauhi alasannya sikapnya yang tidak konsisten.
Banyak teman-teman dekatku yang pernah beliau dekati. Banyak pula temanku yang bilang kalau beliau playboy, tapi entah berteman dengan beliau merasa nyaman. Dia mau mengerti aku. Bahkan, sast-sast kesulitan saya butuh bantuan, beliau selalu ada kalau dimintai proteksi dariku. Padahal, kadang saya sering kesal dengan beliau alasannya gossip miring itu yang kadang buatku jadi membencinya.
Dulu waktu saya kuliah sempat digosipkan kalau saya pacaran dengan dia, tapi pada kenyataannya saya hanya sebatas berteman saja dengan Tino. Memang beliau perbah mengungkapkan isi hatinya, bahkan beliau buktikan dengan perilaku yang orang lain menduga kalau kita lebih dari sekedar teman. Tanpa beliau ucapkan, saya mengerti apa yang beliau rasakan padaku. Dari tingkah laku, bicara, perilaku beliau sudah terbaca kalau beliau memiliki rasa lebih dari sekedar teman.
Semasa kuliah, kami berteman bersahabat lama. Entah mulai kapan saya dan beliau sama-sama saling mengenal. Aku tahu perasaan beliau terhadapku, tapi saya belum bisa membalas rasa yang beliau berikan. Sikap beliau baik, dan mau peduli kala saya kesulitan buatku mengerti bagaimana perasaannya. Namun, ada beberapa alasan berpengaruh yang buatku belum bisa menerimanya di ruang hati yang kosong ini.
Tak pernah lelah beliau berusaha mendekatiku untuk menjadi kekasihnya. Kata orang jawa bilang, “witing tresno jalaran soko kulino”. Berkali-kali bertemu, komikasi intensif, saling curhat, saling membuatkan kiprah kuliah, lama-lama rasa itu mulai tumbuh secara perlahan. Akan tetapi, waktu itu kita masih sama-sama kuliah. Perjalanan kita masih panjang. Banyak mimpi yang belum kita raih. Jika memang kita berjodoh, suatu waktu Allah akan menyatukan kita.
Prinsip hidupku buat apa pacaran, kalau hanya untuk menciptakan diri terluka tan tersakiti. Toh, pacaran itu tujuan utamanya untuk saling mengenal, dan memahami satu sama lain. Apa bedanya dengan sahabat dekat. Lagipula pacaran hanya untuk membuang-buang waktu yang tidak jelas. Kalau memang sudah siap, maka ikatkan sebuah korelasi dengan ikrar dan jani seci.
***
Berbulan-bulan lamanya saya dan tono sudah usang tidak ada komunikasi lagi. Entah, mungkin alasannya kesibukan kita masing-masing yang buat pertemanan kita menjadi renggang. Tak ada kabar yang pernah kuterima perihal Tino. Aku pun tak penah mau tahu urusan dia, alasannya waktu itu kita sedang Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah. Kita berdua ditempatkan di sekolah yang berbeda.
---
LOLLYPOP
Karya : Mike Azminatul Khayatika
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri perihal jalan hidup yang berliku ini. Terkadang, saya tak bisa memahami semua yang Allah berikan padaku. Entah ini sebagai ujian, tantangan, atau eksekusi buatku. Aku selalu berusaha memahami setiap hal yang saya alami meskipun dengan cara yang cukup unik dan sederhana.
Teman dekatku yang selalu setia menampung segala keluh kesahku. Bahkan, beliau tidak segan-segan memberiku banyak masukan. Dia yaitu sahabat alumniku waktu saya kuliah. Namanya Tino. Cowo yang dulu pernah saya jauhi alasannya sikapnya yang tidak konsisten.
Banyak teman-teman dekatku yang pernah beliau dekati. Banyak pula temanku yang bilang kalau beliau playboy, tapi entah berteman dengan beliau merasa nyaman. Dia mau mengerti aku. Bahkan, sast-sast kesulitan saya butuh bantuan, beliau selalu ada kalau dimintai proteksi dariku. Padahal, kadang saya sering kesal dengan beliau alasannya gossip miring itu yang kadang buatku jadi membencinya.
Dulu waktu saya kuliah sempat digosipkan kalau saya pacaran dengan dia, tapi pada kenyataannya saya hanya sebatas berteman saja dengan Tino. Memang beliau perbah mengungkapkan isi hatinya, bahkan beliau buktikan dengan perilaku yang orang lain menduga kalau kita lebih dari sekedar teman. Tanpa beliau ucapkan, saya mengerti apa yang beliau rasakan padaku. Dari tingkah laku, bicara, perilaku beliau sudah terbaca kalau beliau memiliki rasa lebih dari sekedar teman.
Semasa kuliah, kami berteman bersahabat lama. Entah mulai kapan saya dan beliau sama-sama saling mengenal. Aku tahu perasaan beliau terhadapku, tapi saya belum bisa membalas rasa yang beliau berikan. Sikap beliau baik, dan mau peduli kala saya kesulitan buatku mengerti bagaimana perasaannya. Namun, ada beberapa alasan berpengaruh yang buatku belum bisa menerimanya di ruang hati yang kosong ini.
Tak pernah lelah beliau berusaha mendekatiku untuk menjadi kekasihnya. Kata orang jawa bilang, “witing tresno jalaran soko kulino”. Berkali-kali bertemu, komikasi intensif, saling curhat, saling membuatkan kiprah kuliah, lama-lama rasa itu mulai tumbuh secara perlahan. Akan tetapi, waktu itu kita masih sama-sama kuliah. Perjalanan kita masih panjang. Banyak mimpi yang belum kita raih. Jika memang kita berjodoh, suatu waktu Allah akan menyatukan kita.
Prinsip hidupku buat apa pacaran, kalau hanya untuk menciptakan diri terluka tan tersakiti. Toh, pacaran itu tujuan utamanya untuk saling mengenal, dan memahami satu sama lain. Apa bedanya dengan sahabat dekat. Lagipula pacaran hanya untuk membuang-buang waktu yang tidak jelas. Kalau memang sudah siap, maka ikatkan sebuah korelasi dengan ikrar dan jani seci.
***
Berbulan-bulan lamanya saya dan tono sudah usang tidak ada komunikasi lagi. Entah, mungkin alasannya kesibukan kita masing-masing yang buat pertemanan kita menjadi renggang. Tak ada kabar yang pernah kuterima perihal Tino. Aku pun tak penah mau tahu urusan dia, alasannya waktu itu kita sedang Praktik Pengalaman Lapangan di sekolah. Kita berdua ditempatkan di sekolah yang berbeda.
---